AI Generatif Ubah Cara Dunia Bekerja dan Berinovasi di 2025

Kemajuan teknologi berbasis AI di era digital saat ini menjadi topik hangat di dunia kerja dan industri kreatif.

Kecerdasan buatan yang bisa mencipta seperti berbagai model teks, gambar, dan suara bisa menulis, mendesain, bahkan menulis kode komputer.

Berdasarkan riset Deloitte 2025, lebih dari 60% perusahaan besar dunia telah mengadopsi AI generatif.

AI membantu mempercepat pekerjaan administratif, riset, dan analisis data.

Namun, transformasi ini tidak datang tanpa tantangan.

Beberapa profesi mulai terancam otomatisasi.

“AI memang efisien, tapi tidak punya konteks dan empati manusia,” ujar peneliti etika teknologi, dalam diskusi publik di Jakarta.

Meski demikian, profesional kreatif mulai membangun kolaborasi baru dengan mesin.

Profesional lintas sektor menggunakan AI untuk mempercepat brainstorming, mencari ide, dan membuat prototipe.

Di Indonesia, perguruan tinggi mengembangkan riset AI dalam bidang pendidikan dan bisnis.

Kementerian Kominfo dan BRIN menyiapkan ekosistem talenta digital untuk era AI.

Kelas etika teknologi menjadi upaya membekali tenaga kerja agar siap menghadapi disrupsi.

Bagi industri kreatif, AI generatif menghadirkan dilema menarik.

Penulis dan desainer ada pula yang menolak keras penggunaannya.

Para ahli menilai kunci masa depan adalah keseimbangan antara teknologi dan kemanusiaan.

Dengan kebijakan yang tepat dan literasi digital kuat, AI generatif akan mempercepat kemajuan industri global.

Kecerdasan buatan hanyalah perpanjangan pikiran manusia, dan tahun 2025 menjadi bukti bahwa manusia dan mesin bisa mencipta bersama tanpa kehilangan jati diri.

Leave a Comment